Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya terus mengalir tidak berhenti-henti. Itu Jenab. Jenab menangis lagi. Siapa sangka wanita ini sentiasa mengisi masa lapangnya dengan kesedihan.
"Jenab..." aku memangil Jenab. Lembut. "Kenapa menangis?"
"Hamba teringatkan sesuatu..."
"Adakah sesuatu yang menganggu dirimu?"
"Maafkan hamba. Perkara ini terlalu peribadi... tidak dapat hamba ceritakan kepada Tuan."
"Mengenai apa itu?"
"Kehilangan. Kematian." Jenab diam. Sambil duduk mencangkung, tangannya memeluk lutut dan betis.
"Kematian..." Mendengar perkataan ini. Hatiku turut tersentuh. "Siapa yang telah pergi itu?"
Jenab diam. Tidak bersuara.
"Hamba..." Jenab teragak-agak untuk menjawab. Bibirnya sekejap terbuka, sekejap terkatup. Tangannya menggeletar seolah-olah kesejukan. "Hamba lupa apa yang hamba hilang..."
"Kenapa?"
"Hamba takut untuk mengingatinya kembali...." Jenab menekap telinganya. "Hentikan semua ini!!!"
Jenab menangis teresak-esak. Terus menangis. Air matanya makin banyak mengalir.
"Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Jenab sudah gila!!!! "Kenapa Jenab? Kenapa?" ..... .... .... Aku... aku tidak dapat meneruskan entri ini... Itu rahsia. Rahsiakannya ya? Sayap Tunggal dan Pheonix mengangguk. Safar dan Syawal hilang entah ke mana.
Label: Sayap Tunggal |